Powered By Blogger

Senin, 07 September 2009

Welcome to My University

Hampir sebulan di sini aku merasa belum terbiasa dengan keadaan, rasanya masih terkenang yang lalu, masa putih abu-abu yang sudah lama aku tanggalkan. Tidak hanya itu, perpaduan yang terjadi di setiap individu-individu yang tercipta begitu kompleks, sehingga perlu waktu pula untuk membiasakan diri (beradaptasi) dengan lingkungan, budaya, dan peraturan yang mesti aku emban. Bisa dikatakan sebagai ungkapan rasa rindu, dimana waktu-waktu yang telah lalu, menjadi tulisan-tulisan yang sekarang hanya tersimpan, dan aku harap itu bukan hanya sekadar album lusuh yang tak pernah terbuka, justru aku akan sering membukanya, justru ia lusuh karena aku sering membukanya, karena sering aku tatap kisah-kisah nan agung persahabatan kita, kawan.

Otak ini seperti sebuah granat yang siap meledak, tapi aku sendiri tak tahu untuk siapa geranat ini diledakkan. Inilah yang sering kita sebut sebagai kuasa dan wewenang. Sebuah kekuatan yang amat besar namun terkurung dalam wewenang yang sempit sehingga tak mampu ia berbuat banyak. Sebaliknya, pada sebagian manusia ia bahkan tak punya kekuatan dan keahlian apa-apa, namun ia punya kuasa yang ia sendiri bahkan tak mampu jua mengendalikannya. Apa bedanya dengan sebuah kekangan ?

Suasana ini memang sangat berbeda, menjadi sebuah sistem dimana aku dan mereka lainnya harus melalui sistem tersebut dengan target-target yang mereka buat. Apa mereka tidak tahu bila sesuatu yang dipaksakan secara mendadak akan menimbulkan efek psikologis dan bahkan syok pada organ-organ tertentu, biarlah mereka menjalani sistem secara perlahan sambil beradaptasi. Apa kalian pikir pula mereka tidak mempunyai tanggumng jawab lainya pula ? Jangan samakan hal ini dengan kalian ! Jelas berbeda.


Namun daripada itu, aku berontak atas kaumku yang tak menghiraukan saudaranya sendiri, ia bahkan tak menganggap kami sebagai sesuatu yang akan membawanya ke sebuah tingkat yang lebih baik. Sama sekali bertentangan dengan haluanku, ini benar-benar tidak bisa didiamkan !

Aku juga masih bimbang akan hal yang lalu, yang waktu itu pernah kuceritakan padamu. Aku masih mngingatnya dan berjanji kepadanya sampai saat ini. Dan aku tak tahu apa yang terjadi esok hari. Seperti seekor kucing yang malu, ia seraya kembali padaku dalam ketidakpastian. Gerakmu sudah tercium, ternyata kau tak bisa jauh dariku. Kau kira aku masih menunggu dirimu ? Tanya pada kenyataan.